Tuesday, November 8, 2016

Notes on October Coming Late

Sudah lamaaa sekali saya tidak posting tulisan apa pun di blog, sebab beberapa hal bulan lalu yang harus diurus (pardon my excuse) dan berbagai distraction yang membuat tulisan-tulisan masih betah berada di draft.
Earlier in this month saya melihat postingan Wirda Mansur di instagram pribadinya berupa screen captur chatroom dengan ayahnya yaitu Ustad Yusuf Mansur, ulama gaul yang saya suka dengan pembelajaran sedekahnya. Chat tersebut berisi seperti ini,

credit from instagram.com/wirda_mansur

Thankfully Wirda post ini, saya baca berkali-kali, saya renungi, bener juga ya. Kadang ada masanya dimana ngerasa hidup ga pernah bahagia dalam jangka waktu yang lama, pasti udah bahagia beberapa waktu ada aja satu dua hal yang bikin kepikiran, ada aja hal yang bikin sedih, ada yang bikin gelisah. Oh, rupanya ini ujian loh dari Allah. Dulu-dulu saya kemana aja? Ga sadar sampai pada titik dimana rasa takut, gelisah, penyesalan, dan semua itu mendominasi pikian. Seolah mereka memegang kendali dan menjadi tuan dalam jiwa yang pada dasarnya sudah lemah.

Singkatnya ada masa dimana rasa-rasa negatif tersebut memenuhi rongga hati, menyebar hingga otak, dan pada akhirnya mempengaruhi seluruh jasad kita. Saya jadi ingat statement Alvin (ananda Ustadz Arifin Ilham) dalam talk show yang saya hadiri saat itu bahwa manusia itu adalah khalifah di bumi, perannya adalah sebagai khalifah atau pemimpin. Pemimpin bagi dirinya sendiri, memimpin dirinya untuk melawan hawa nafsu buruknya, memimpin diri sendiri untuk berbuat sesuai perintahNya, hingga pada waktunya ada hal lain yang diamanahkan bagi kita untuk memimpinnya, seperti menjadi pemimpin di keluarga, rumah, bahkan dalam masyarakat.

Sebagai seorang pemimpin tidak mungkin menjalankan tugasnya tanpa tantangan, ga mungkin mulus aja jalannya. Contoh saja seorang presiden, semakin besar amanah kepemimpinannya, semakin berat permasalahannya. Seorang suami, diberi amanah sebagai pemimpin begitu pula seorang istri yang memimpin keluarga kecilnya. Basically peran kita sebagai manusia dalam hidup ini adalah sebagai pemimpin, termasuk untuk diri kita sendiri. Dalam memimpin diri, tantangannya sering kali muncul dari diri sebagai internal factor, ditambah hal lain sebagai external factor tambahan yang sering dijumpai sebagai masalah hidup.

Setelah berfikir tentang itu semua, saya baru faham tentang makna "Khalifah di Bumi" yang ternyata bukan hanya berarti sebagai Khalifah untuk negeri atau banyak orang, bukan secara "real" dinamai pemimpin. Nyatanya setiap manusia berperan pula menjadi pemimpin atau khalifah bagi dirinya sendiri. Ada hak dan kewajiban sebagai pemimpin,  mengendalikan diri sendiri untuk berjalan di jalan yang benar, untuk sampai ke tujuan yang sebenarnya nanti.

Sudah nyaris habis penghujung tahun masehi ini. Semoga Allah masih masih memberi kita waktu dan kesempatan untuk memperbaiki diri juga bermanfaat lebih bagi lingkungan sekitar. Selalu ingat kesusahan, kesedihan, penyesalan, dan kebodohan di masa lalu sebagai penguatan dari Allah yang membentuk kita saat ini. Hope you all have a great days ahead!

No comments:

Post a Comment