Monday, January 11, 2016

Mengembalikan Minat Baca yang Hilang

Berkembangnya teknologi, smartphone, dan akses internet yang memudahkan pencarian berbagai informasi ternyata berbanding terbalik dengan minat baca yang justru semakin menurun. Dulu, saat menduduki bangku sekolah menengah pertama, saat saya baru mengenal novel-novel remaja teenlit, minat baca saya begitu tinggi. Meski yang dibaca adalah cerita fiksi yang membawa angan-angan tinggi, tapi lebih baik dibanding masa bebas akses zaman sekarang. Dimulai dari komik ringan, berlanjut novel pertama yang saya baca dalam waktu yang cukup lama untuk sebuah novel teenlit remaja, yaitu "Dealova". Berlanjutlah kesenangan membaca novel remaja menjadi hobi dan mulai memborong buku-buku remaja, majalah, dan lainnya sebagai pemuas dahaga akan perkembangan informasi dunia luar. Dulu, tujuh sampai delapan tahun lalu sangat sulit untuk mengakses internet, pemenuhan remaja paling update ya majalah remaja. 
Minat baca saya berkembang dari novel teenlit menuju novel fiksi terjemahan yaitu Harry Potter. Keseruan membaca Harry Potter saat itu memang tiada dua nya, dilanjutkan novel terjemahan lain seperti "Chronicles of Narnia" yang agak lebih berat, dan trilogy Philip Pullman. Sejak masa SMA, dimana internet semakin mudah di akses, masa-masa facebook dan twitter mulai berjaya, artikel dengan informasi yang update sudah mulai mudah didapat, terkadang saya masih juga mengonsumsi majalah remaja yang lebih berkelas seperti Go Girl! B'girl, dan tambahan majalah yang berhubungan dengan kegandrungan saya terhadap artis Korea. Namun minat saya terhadap buku , khususnya novel sudah mulai pudar dan semakin memerlukan waktu yang lama untuk membacanya. 
Semasa kuliah, saya mulai sadar bahwa sudah saatnya saya memilah-milih buku fiksi yang memiliki karya sastra bagus dan tidak biasa, atau non fiksi untuk dibeli dan dibaca. Seiring dengan bertambah umur, semakin pula saya menyaring buku penting yang harus dibaca, namun minat baca saya malah semakin menurun dan bingung untuk membeli buku yang bermanfaat dan dapat saya baca sampai habis. Seharusnya buku bisa ditamatkan dalam satu sampai tiga hari, kini butuh waktu berminggu-minggu untuk menghabiskan satu buku 100 halaman. Baru saja membaca dua lembar, tangan ini sudah meraih smartphone dan fokus padanya bermenit-menit, hingga bacaan pun tersingkirkan. Ya, saya sadar semakin menurunnya minat baca dan otak ini semakin kurang terlatih, wawasan jalan ditempat, dan karya tulis pun semakin tak berisi, ide segar tidak mengalir namun hanya berputar pada satu poros.  
Meski pada masa sekarang mental dan perkembangan generasi muda semakin tak karuan, namun berkat sosial media saya mengenal remaja dan generasi muda yang berbeda, mereka pintar, berprestasi, dan yang paling membuat saya malu mereka belajar Al Quran hingga menghafalnya dan Insyaallah mengamalkannya di kehidupan mereka. Beberapa hari lalu, seseorang telah menginspirasi saya. Beliau seorang mahasiswa yang dikenal akhir-akhir ini melalui sebuah film inspirasi karya anak negeri yang mengangkat kisah Islami, tahun kelahiran beliau lebih muda, namun Al Quran telah dihafalnya beberapa juz, berkarya melalui tulisan, aktif berorganisasi, dan prestasi lain yang tidak saya ketahui. Perkataan beliau tentang dirinya yang begitu membuat diri ini malu adalah kira-kira begini bunyinya "yah tahu sendiri anak kos, kiriman bulanan saya untuk beli buku, beli buat makanan ini (otak) bukan makanan ini (perut)". Saya jadi teringat masa-masa saya nge-kos kuliah, hampir tidak pernah beli buku, sudah merasa cukup dengan ilmu dari kampus. Betapa malas sekali diri ini untuk menambah ilmu, di usia 20an yang seharusnya bermanfaat sebaik-baiknya, saya malah berfikir untuk segera selesai kuliah karena lelah dengan belajar.  
Terima kasih atas perkataannya yang telah menyadarkan saya, meski saya tidak tahu kenyataannya, tapi saya yakin dengan pribadi beliau yang seperti itu, masa mudanya yang begitu bermanfaat, dan menginspirasi banyak orang Insyaallah. Semoga Allah memberkahi segala usahamu. Kini saya semakin sadar akan pentingnya membaca, membaca itu memperkaya wawasan, bahasa, topik pembicaraan, dan memperkaya tulisan kita. Jangan hitung-hitungan jika kita mampu membeli buku yang sekiranya bermanfaat untuk dibaca. Mari bangkitkan kembali minat baca, baca bacaan yang bermanfaat, jika kita suka novel fiksi, pilihlah novel fiksi yang berkualitas dan sesuai dengan pemahaman kita. Tidak perlu langsung membaca bacaan yang berat, mulai lah dari yang ringan namun bermanfaat. Bismillah kita mulai baca buku-buku yang belum terbaca di rumah ya, kemudian jika ada rezeki boleh ditambah koleksi jendela ilmu kita. Semoga terus semangat untuk menambah ilmu sampai akhir hayat. Yuk ke toko buku! :)

No comments:

Post a Comment