Tuesday, February 23, 2016

Takut Ketemu Jodoh

Takut ketemu jodoh? lah orang-orang justru ngebet pengen ketemu jodoh, apa ada orang yang takut ketemu jodoh? Becanda nih.. :|


Sebelum memulai tulisan ini kita definisikan "Takut" dengan artian "Belum berani", kemudian bergeser lagi maknanya menjadi "Belum siap". Seperti hal nya kebanyakan manusia takut mati, yang sebenarnya bukanlah "takut" semata-mata bermakna seperti rasa takut kepada Allah Swt. namun takut disini berarti takut saat mati, masih bergelimang dosa dan persiapan amal sangat sedikit. Setiap makhluk pasti akan mati, yang harus kita lakukan adalah bersiap kapan pun sewaktu-waktu ia menghampiri. Begitu pula setiap orang pasti ada jodohnya masing-masing, kelanjutannya? Yes, bersiap sewaktu-waktu jodoh menghampiri di depan pintu rumah :p

Ketika ngomong masalah jodoh, baik dalam sebuah kajian mau pun ngobrol ringan bersama teman, pasti ada hal menggelitik dalam hati, siapa sih jodoh gue ntar? gimana deh orangnya? ketemuannya di dunia apa di akhirat? Memasuki usia 20 an itu masa masa dimana sedang intens nya ngomongin jodoh dan NIKAH. Entah kenapa dijaman sekarang yang namanya JODOH dan NIKAH itu sensitip banget untuk anak 20an. Bukan sensitif langsung bete atau kzl gitu ya (itu bisa juga sih), tapi lebih ke arah "ih gue jadi kepengen cepet nikah". Masalah perjodohan dan pernikahan ini sebenarnya udah dibahas dan diobrolin berpuluh kali sejak jaman udah bau-bau mau lulus kuliah (mihiw) sampe udah jebol dari universitas pun ga pernah ada habisnya kalo udah nyangkut tentang jodoh. Mau awalnya ngobrol serius atau sekedar chit chat, ujung-ujungnya nyerempet aja tema jodoh di antara kita (fakta berbicara).
Apa teman-teman pernah mengalami suatu masa dimana menggebu-gebu minta sama Allah pengen segera dipertemukan dengan jodoh? mungkin pernah. Ada saat tertentu dimana saya atau teman-teman di luar sana yang "iri" dengan teman sejawat, keluarga, atau siapa pun yang menikah, menemukan pendamping hidupnya yang sudah dikirim Allah. Namun ada pula secercah rasa (cie) dimana saya atau mungkin juga teman-teman takut untuk bertemu dengan seseorang itu nantinya, merasa belum siap, takut kelak tak mampu menjalankan kewajiban yang sesungguhnya, merasa terlalu dini untuk memulai sebuah kehidupan baru yang konon katanya berbanding terbalik dengan kehidupan di masa lajang. Memang pada intinya segala sesuatu yang terjadi tanpa persiapan banyak menimbulkan kekhawatiran tersendiri, bahkan untuk ujian tiga hari saja kita butuh persiapan berbulan-bulan, bagaimana dengan persiapan kehidupan baru itu yang ditujukan hingga akhir hayat? 

Kemudian semua orang pasti minta jodoh yang : baik, taat agama, mampu menerima kelebihan berat badan dan kekurangan masing-masing, tambahan bonus ganteng/cantik, tinggi, putih, dan sebagainya. Pada intinya pasti kita semua berharap pendamping kita adalah orang yang baik (secara general dan khusus). Untuk kita semua yang berharap,
Siapkah kau untuk menjadi seorang pendamping? 

Siapkah kau untuk menjadi seorang pendamping dia yang disayangi oleh banyak orang?
Siapkah kau untuk menjadi seorang pendamping dia yang waktunya tidak hanya untuk dirimu saja?
Mencintai orang baik berarti memahami bahwa dihatinya bukan hanya ada kita saja, hatinya memiliki banyak ruang untuk mengasihi banyak orang, waktunya dibagi kepada banyak orang yang membutuhkan, dan akhirnya digunakan untuk memikirkan banyak orang.
(dikutip dari Urfa Qurrota Ainy melalui akun dakwah di media sosial) 

Simple nya, menjalani kehidupan di dunia dengan pendamping hidup bukanlah perkara romantisme saja. Tujuannya nikah biar ada yang perhatiin, yang nemanin pergi kemana-mana, dan segala hal keromantisan yang sering kita lihat di media yang membutakan mata dan hati para cewek untuk diromantisin selalu. Tapi lebih dari itu, adalah mendapat ketentraman hati dan jiwa yang satu tujuan mencari kerida'an Allah, perjuangan mengarungi hidup, dan kesabaran dalam menghadapi ujian.

Bila dalam hidup berkeluarga kecil di rumah masih belum mampu mengelola hati menghadapi konfik fisik mau pun batin, bagaimana kelak hidup bersama orang yang belum kenal kita sejak dulu?bukankah potensi adanya konflik dikemudian hari lebih besar bila tak didasari dengan pondasi ilmu dan keimanan. 
Bila sehari-hari kita merasa pesimis dan malas dalam belajar mau pun berusaha, bagaimana kelak kita mendidik dan mengasuh anak-anak serta mengurus keperluan dan segala isi rumah? karena tugas para orang tua lah untuk mendidik dan memfasilitasi anak, sebagaimana nanti akan dipertanggungjawabkan di hari akhir.
Bila sehari-hari kita tak peka dan bersyukur dengan nikmatnya hidup saat ini serta sering galau dan bimbang dengan masalah pribadi yang kecil, bagaimana kelak kita akan menemukan kebahagiaan dan menghadapi masalah yang lebih beragam. 

Tanya pada diri kita, bicara pada hati, bila tak menemukan jawabannya, tanyalah Sang Pemiliknya, sudah sampai dimanakah diri ini? 

Saya ingin pendamping yang baik, sudahkan diri ini memperbaiki diri? 
Saya ingin pendamping yang selalu sayang dan perhatian sama saya? sudahkan diri ini mencurahkan kasih sayang kepada anggota keluarga dan orang-orang sekitar yang membutuhkan? 
Saya ingin pendamping yang soleh dan taat beragama, sudahkan diri ini memperbaiki ibadah dan mengistiqomahkannya? 
Saya ingin pendamping yang mampu menerima kekurangan saya dan memahami saya, sudahkah diri ini mampu mengendalikan ego dan menerima keadaan saat ini?
Saya ingin pendamping yang tahu kewajibannya sebagai suami yaitu memuliakan istri, sudahkah diri ini belajar dan mengerti kewajiban seorang istri yang mengedepankan keperluan suami dan anak dibandingkan keperluan pribadinya?

Sekiranya diri ini belum siap dan takut untuk bertemu jodohnya, mohonlah pada pemilik jiwa dan raga untuk selalu membimbing dalam prosesnya, menguatkan hati dan memantapkan jiwa. Kelak akan tiba saat dimana segala doa yang telah dipanjatkan serta ikhtiar yang telah ditunaikan akan dibalas dengan indah oleh Allah swt. dengan hadirnya seseorang yang tepat, disaat hati, pikiran, dan jiwa telah sinkron dalam sebuah keyakinan, maka jalan akan terbuka untuk menapakkan kaki melengkapi separuh agama, menjalankan bahtera menuju tujuan akhir dalam hidup, Jannah Nya. 



Jadi, udah berani belum ketemu jodoh?

:)



No comments:

Post a Comment