Sunday, April 3, 2016

Ayat-Ayat Cinta 2 - Karya Puitis Pembangun Jiwa

google image - islamedia.id

Awalnya kaget juga lihat ketebalan novel ini, tapi berhubung Ayat-Ayat Cinta seri pertama sukses membuat saya membaca berulang kali, rasanya novel sequel ini pasti worth to read karena isinya yang sarat akan nilai Islam, petuah-petuah penting dalam hidup, dan senantiasa mengingatkan kita untuk selalu memperbaiki diri dan belajar hingga akhir hayat. Novel ini sejujurnya belum selesai saya baca sepenuhnya, karena waktu membaca saya hanya malam sebelum tidur atau kadang-kadang pagi setelah subuh. Jadi udah lebih dari sebulan novel ini belum saya tamatkan karena minat baca saya lagi-lagi sering lesu. 

Kisah Fahri berlanjut di AAC 2 ini, meski di dunia nyata Fahri (Fedi Nuril) hidup bahagia menikmati indahnya menjadi pengantin baru :) lain hal dengan di novel ini, hidupnya justru diuji dengan ketidakhadiran Aisha di sisinya (spoiler bagi yang belum baca). Kalau di novel AAC pertama menceritakan kehidupan Fahri semasa mengenyam pendidikan di Al Azhar Kairo dan lebih banyak fokus pada kisah cinta yang menggugah hati dengan adanya sudut pandang tokoh yang berbeda yaitu Maria, novel ini lebih kepada kehidupan, nasihat, dan cinta kepada sesama yang menanamkan bahwa hidup sebaiknya senantiasa dipenuhi dengan manfaat dan kebaikan bagi orang sekitar dan lebih banyak menceritakan kehidupan sehari-hari tokoh utamanya, Fahri, pencapaian cita-cita, dan pemikiran yang besar akan hakikat hidup. 

Saya cukup khawatir pada awalnya kalau bahasa dalam novel ini akan sedikit berat, seberat bukunya. Tapi ternyata Habiburrahman El Shirazy dengan kecerdasan bahasanya dan detail sudut pandang suasana Edinburgh yang diramu dalam AAC 2 ini mampu membuat saya larut dalam cerita ditambah dengan nilai-nilai kehidupan yang masuk ke dalam hati. Sosok Fahri digambarkan manusia nyaris sempurna masa kini, lembut hatinya, berjiwa kepemimpinan, memiliki kecerdasan tinggi, hafalan Al Qur'an dan mendalami hadits, telah menempuh pendidikannya hingga Phd di Universitas Edinburgh sekaligus membimbing tesis ilmiah murid, menjalani bisnis yang sukses, tinggal di perumahan elit, sangat berkecukupan dan dermawan. Namun satu yang kurang dalam hidupnya kali ini. Istri tercintanya Aisha telah menghilang lama, setelah kepergiannya ke wilayah Gaza bersama koleganya yang berkebangsaan Amerika untuk mencari referensi dan liputan keadaan disana. Berbagai upaya telah dilakukan Fahri untuk mencari keberadaan Aisha, namun berita yang di dapat adalah kematian teman Aisha, sementara Aisha sama sekali tak ditemukan jejaknya. 

Hidupnya setelah ditinggal Aisha kini ditemani oleh asisten pribadinya yang berkebangsaan Turki bernama Hulusi. Meski terkadang hatinya sering kembali merindukan istri tercintanya, hidup Fahri tetap berjalan dalam perannya sebagai dosen sekaligus menjalankan tesisnya. Sosok yang pintar lagi dermawan, tetap hidup dalam dakwahnya dan merangkul setiap orang bahkan tetangga dan warga non muslim yang membencinya karena ia adalah seorang Muslim. Dengan kebaikan hati dan keteguhan imanya ia membantu siapa saja tanpa pandang bulu bahkan mengeluarkan hartanya demi menyelamatkan orang lain. Banyak perbuatan mulia yang dilakukan Fahri digambarkan dalam novel ini, sebagai pengingat kepada pembacanya akan kewajiban menolong sesama untuk dan dalam kebaikan. Hari-hari dan setiap detik hidup Fahri berisikan dzikrullah dan kegiatan yang bermanfaat serta bedasarkan ibadah kepada Allah mengingatkan pembaca akan waktu yang sepatutnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk ibadah. 

Tokoh Fahri disini bakal membuat kita terkesima-kesima gitu deh sekaligus bertanya-tanya, ada gak sih orang kayak begini di zaman sekarang? yang sangat meneladani Rasulullah SAW, yang seimbang dunia akhiratnya, yang mengeluarkan harta sedikit atau banyak tanpa beban sedikit pun untuk menolong orang karena tawakkalnya kepada Allah, kemudian sangat menjaga dirinya dari lawan jenis, caranya menasihati lawan jenis yang menghadapnya dengan berpakaian agak terbuka tanpa membuat tersinggung tapi justru itulah bentuk ia menghargai wanita, cara halusnya menolak hal haram tanpa tapi-tapi, dan banyak contoh lain yang dituliskan oleh Habiburrahman El Shirazy dalam tokoh Fahri yang membuat diri kita ini serasa kecil, belum ada apa-apanya, ilmu yang masih cetek, sedekah yang masih mikir-mikir, bahkan nolong orang masih pilih-pilih. 

Kemudian bagaimana kelanjutan kisah Fahri? endingnya gimana? apa selamanya dia tetap sendiri menunggu Aisha? atau dia akan menikah lagi? atau malah Aisha kembali lagi? silahkan baca sendiri kelanjutannya :)

Novel ini sangat saya rekomendasikan, bagi teman-teman yang butuh re-charge jiwa dengan kisah inspiratif. Dengan nilai Islami yang terkandung membuat kita tidak hanya sekedar membaca, tapi belajar, bahkan akan lebih baik lagi kalau kita dapat mengamalkannya dikehidupan nyata. Kalau sudah baca atau nonton Ayat-Ayat Cinta pertama, jangan sampai kelewat novel ini. InsyaAllah bermanfaat dan tidak sia-sia membacanya. 



No comments:

Post a Comment